Pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) bukan hanya tentang penguasaan materi pelajaran, tetapi juga tentang pembentukan karakter yang kuat dan positif pada diri siswa. Dalam konteks ini, peran kurikulum sangat fundamental. Lebih dari sekadar daftar mata pelajaran, kurikulum adalah kerangka kerja yang memandu seluruh proses pembelajaran, dirancang untuk menanamkan nilai-nilai, etika, dan keterampilan hidup yang esensial. Kurikulum yang baik tidak hanya menghasilkan siswa cerdas, tetapi juga individu yang berintegritas dan siap berkontribusi pada masyarakat. Sebuah studi yang dipublikasikan oleh Jurnal Pendidikan Karakter Indonesia pada April 2025 menunjukkan korelasi kuat antara implementasi kurikulum berbasis karakter dan penurunan kasus kenakalan remaja di sekolah.
Peran kurikulum dalam membentuk karakter siswa terlihat dari berbagai aspek. Pertama, integrasi nilai-nilai moral dan etika ke dalam setiap mata pelajaran. Misalnya, dalam pelajaran sejarah, siswa tidak hanya belajar fakta, tetapi juga nilai-nilai kepahlawanan, toleransi, dan keadilan. Dalam pelajaran ilmu pengetahuan, kejujuran dan objektivitas dalam eksperimen ditekankan. Pendekatan ini membuat nilai-nilai karakter tidak terasa sebagai beban tambahan, melainkan bagian integral dari pembelajaran sehari-hari. Program “Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan” yang menjadi mata pelajaran wajib di kurikulum SMA juga secara eksplisit dirancang untuk menanamkan nilai-nilai luhur bangsa.
Kedua, melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler yang diatur dalam peran kurikulum. Kurikulum modern seringkali menyertakan “projek penguatan profil pelajar Pancasila” atau kegiatan serupa yang mendorong siswa untuk berkolaborasi, memecahkan masalah sosial, dan berempati. Kegiatan seperti kerja bakti, kampanye lingkungan, atau proyek sosial di komunitas lokal melatih siswa untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan peduli. Bahkan, di SMA Nusantara 1 Jakarta, pada Jumat, 21 Juni 2024, siswa-siswi secara sukarela membersihkan fasilitas umum sebagai bagian dari proyek karakter yang diatur oleh kurikulum sekolah.
Peran kurikulum juga terlihat dalam bagaimana ia mendorong siswa untuk mengembangkan kemandirian, tanggung jawab, dan kemampuan beradaptasi. Dengan adanya tugas-tugas yang menantang, projek kelompok, dan kesempatan untuk mengambil inisiatif, siswa belajar mengelola waktu, bekerja sama, dan menyelesaikan masalah. Lingkungan belajar yang suportif dan bimbingan dari guru menjadi kunci dalam proses ini. Dengan demikian, peran kurikulum tidak hanya terbatas pada pencapaian akademik, tetapi juga menjadi cetak biru bagi pembentukan pribadi siswa yang utuh, mempersiapkan mereka tidak hanya untuk sukses di sekolah, tetapi juga sebagai individu yang berkarakter di kehidupan bermasyarakat.